
Sebelum memulai usaha peternakan babi, memahami cara menghitung Return on Investment (ROI) sangat penting agar modal yang dikeluarkan dapat terukur dan memberikan keuntungan. ROI adalah persentase yang menunjukkan seberapa besar keuntungan dibandingkan dengan total biaya yang telah diinvestasikan. Perhitungan ROI membantu peternak dan investor mengevaluasi kelayakan usaha, memprediksi keuntungan, serta mengambil keputusan yang lebih tepat.
Langkah pertama dalam menghitung ROI adalah mencatat seluruh modal awal. Modal ini mencakup biaya pembangunan kandang, pembelian peralatan, serta pembelian bibit babi. Misalnya, untuk membesarkan 10 ekor babi, peternak perlu menghitung harga tiap bibit, biaya kandang, dan perlengkapan pendukung seperti tempat makan, minum, serta instalasi ventilasi.
Langkah kedua adalah menghitung biaya operasional rutin. Biaya terbesar biasanya berasal dari pakan, karena kebutuhan pakan babi cukup tinggi setiap harinya. Selain itu, jangan lupa memasukkan biaya vaksinasi, vitamin, obat-obatan, dan tenaga kerja. Semua pengeluaran ini harus dicatat rapi agar tidak terjadi kekeliruan saat menghitung keuntungan nanti.
Setelah itu, buat proyeksi pendapatan dari hasil penjualan babi saat panen. Misalnya, jika satu ekor babi bisa dijual Rp3.000.000 dan kamu memelihara 10 ekor, maka potensi pendapatan adalah Rp30.000.000. Selanjutnya, gunakan rumus:
ROI = (Total Pendapatan – Total Biaya) ÷ Total Biaya × 100%.
Jika ROI menunjukkan angka positif di atas 20–30%, usaha peternakan tergolong menguntungkan dan layak dijalankan. Dengan perhitungan ROI yang matang sejak awal, kamu dapat meminimalkan risiko kerugian dan memaksimalkan potensi keuntungan dari usaha peternakan babi.